Nama Razan AnNajjar kini tengah
menjadi sorotan publik setelah ia gugur dalam barisan medis di jalur Gaza.
Perempuan bernama lengkap Razan Ashraf Al-Najjar yang berusia 21 tahun ini
ditembak tepat di dadanya saat memberikan pertolongan kepada korban luka di
area perbatasan Gaza. Peristiwa ini terjadi pada hari Jum’at (01/06) di tengah
aksi “Great March of Return” dimana para demonstran berunjuk rasa untuk dapat
kembali ke wilayah mereka yang saat ini diduduki oleh Israel. Dalam aksi ini,
tentara Israel menghujani mereka dengan gas air mata dan peluru sehingga banyak
korban berjatuhan. Razan, yang ketika itu sedang bertugas menangani korban yang
jatuh di dekat perbatasan karena terhantam gas air mata, ditembak peluru
snipper sehingga seketika tubuhnya rubuh ke tanah. Tak lama berselang setelah
mendapatkan perawatan, nyawanya tak tertolong.
Kasus penembakan ini dikecam oleh
masyarakat internasional karena merupakan bentuk pelanggaran terhadap pasal 24
Konvensi Jenewa yang menyebutkan bahwa paramedis yang melakukan pencarian,
pengumpulan atau perawatan luka-luka harus mendapa perlindungan khusus. Menteri
Kesehatan Palestina, Jawad Awwad menyebutkan bahwa aksi penembakan Pasukan
Pertahanan Israel (Israel Defense Forces) masuk ke dalam kategori kejahatan
perang.
Dilansir dari Washington Post
(03/06), Israel menyatakan bahwa pihak militer Israel akan menyelidiki lebih
jauh mengenai kasus penembakan ini. Selanjutnya mereka mengatakan bahwa pihak
mereka sudah melakukan segala sesuatunya sesuai dengan prosedur dan mengklaim
bahwa ini merupakan kesalahan Hamas karena meletakkan orang sipil serta medis
di wilayah yang berbahaya sebagai tameng hidup bagi mereka. Lebih parahnya lagi
Israel berdalih bahwa mereka telah menimalisir korban jiwa dan tidak menjadikan
Razan sebagai target. Razan yang saat itu memakai jas putih perawat serta
sarung tangan putih terlalu jelas untuk dijadikan korban salah sasaran.
Sebulan sebelum Razan wafat, dirinya
sempat melakukan wawancara dengan New York Times. “Kami memiliki satu misi –
menyelamatkan nyawa dan mengevakuasi orang-orang. Juga untuk mengatakan kepada
dunia bahwa meskipun tanpa senjata kami bisa melakukan apapun,” ucapnya dengan
penuh percaya diri. Razan termasuk orang yang berpengaruh serta berani bersuara
untuk kebenaran. Dirinya yang tak gentar dengan hujan peluru di depan mata
rupanya membuat Israel merasa bahwa ia adalah ancaman untuk mereka.
Masih belum jelas mengenai siapa
pembunuh Razan di balik sniper. Seorang militer IDF yang bernama Rebecca dituding
sebagai pelaku penembakan ini, namun dirinya mengklarifikasi bahwa ia telah absen
dari kegiatan tentara selama dua setengah tahun. Kabar ini rupanya bermula dari
postingan seorang warga Chicago bernama Suhair Nafal yang membandingkan foto
Rebecca dan Razan di akun facebooknya. Dalam postingannya ia menyebutkan bahwa
foto di sebelah kiri (Rebecca) merupakan Zionis Eropa yang bergabung dengan militer
Israel dan foto di sebelah kanan (Razan) merupakan perawat Palestina dengan
ikatan dengan negaranya. Suhair Nafal akhirnya ikut mengklarifikasi bahwa
postingannya hanya merupakan perbandingan antara kedua wanita tersebut dan sama
sekali tidak pernah menyebutkan bahwa Rebecca adalah pelaku penembakan Razan. (Tinta Sifa/Zula: Fakta Dibalik Penembakan Razan An Najjar)

Post a Comment